Kamis, 09 Agustus 2012

Wisata Kawak: Antara Budaya dan Kepercayaan

Gerbang makam bercorak Hindu
(Dok. Tim II KKN-PPM UNDIP 2012)

Dalam dunia yang semakin kecil, dewasa ini kontak budaya berperan sebagai salah  satu faktor pendorong terjadinya perubahan yang sudah demikian pesatnya, sehingga perubahan sudah merupakan gejala yang universal. Namun di tengah gejala perubahan yang universal tersebut ada aspek-aspek kebudayaan yang bertahan, yang kemudian berlanjut bersama kelanjutan suatu masyarakat.

Masyarakat Jawa kaya akan budaya dan adat-istiadat. Budaya dan adat-istiadat tersebut diatur dan ditata oleh masyarakat pendukungnya sesuai dengan tujuan dan harapan yang didambakannya. Hal tersebut hingga kini masih dipertahan-kan, diyakini, dan dikembang-kan serta dijadikan pedoman dalam bersikap dan berperilaku bagi masyarakat yang menganutnya. Di dalamnya terdapat sistem tata nilai, norma, pandangan maupun aturan kehidupan masyarakat, yang kini masih diakrabi dan dipatuhi oleh orang Jawa yang masih ingin melestarikannya sebagai warisan kebudayaan yang dianggap luhur dan agung.

Di banyak tempat, budaya dalam bentuk peninggalan sejarah maupun atraksi telah dikembangkan dalam hal pariwisata. Demikian halnya dengan desa Kawak, kecamatan Pakis Aji, kabupaten Jepara. Di sesa Kawak sendiri terdapat suatu peninggalan sejarah yang telah menjadi bagian dari objek wisata religi, berupa suatu makam Islam yang dikeramatkan dan makam panjang yang bercorak agama Hindu.

Makam Mbah Kawak
Makam Mbah Kawak merupakan makam bercorak Islam yang telah ada di desa Kawak semenjak lama dan tidak diketahui kapan waktu pasti pembuatannya. Makam yang diperkirakan telah berumur puluhan sampai ratusan tahun ini dipercaya sebagai makam leluhur desa yang oleh masyarakat setempat dipanggil sebagai Mbah Kawak, sesuai dengan nama desa Kawak. Sebagian orang memercayai bahwa asal-usul desa Kawak berhubungan dengan keberadaan makam tersebut dengan adanya kepercayaan bahwa Mbah Kawak adalah pendiri desa Kawak.

Makam Mbah Kawak dikeramatkan oleh sebagian orang, baik dari masyarakat di desa Kawak maupun dari berbagai wilayah lainnya. Hingga kini telah banyak orang yang datang dengan berbagai tujuan, dari sekadar berkunjung, berziarah hingga untuk berdoa agar dikabulkan keinginannya.

Orang-orang yang datang ke makam tersebut berasal dari berbagai tempat, termasuk dari luar Jepara. Selain itu, terdapat pula hari-hari khusus dimana makam tersebut ramai diziarahi, yaitu pada hari Senin Pahing dan Kamis Pahing. Oleh masyarakat setempat, makam tersebut juga dijadikan sebagai salah satu lokasi pelaksanaan sedekah bumi yang diadakan setiap satu tahun sekali.

Bangunan tempat makam Mbah Kawak
(Dok. TIM II KKN-PPM UNDIP 2012)

Makam Bercorak Hindu   
Makam panjang bercorak Hindu merupakan sebuah makam di desa Kawak yang oleh masyarakat sekitar dipercaya sebagai makam seseorang yang berasal dari kerajaan Majapahit yang melarikan diri dari desakan Islam. Namun, hingga kini belum diketahui secara pasti kebenaran dari cerita mengenai asal-usul makam bercorak Hindu tersebut. Makam yang berlokasi tidak begitu jauh dari Makam Mbah Kawak tersebut diperkirakan berusia ratusan tahun dan berbentuk memanjang, lebih panjang dari bentuk makam pada umumnya. Oleh masyarakat sekitar, makam tersebut ditutupi oleh kain panjang berwarna putih dan dipagari dengan tembok.

Sama halnya dengan makam Mbah Kawak, makam yang dipercaya bertuah tersebut pun menjadi salah satu tujuan ziarah bagi banyak orang yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, makam tersebut juga dijadikan sebagai salah satu tempat pelaksanaan sedekah bumi.
 
Makam Panjang bercorak Hindu
(Dok. TIM II KKN-PPM UNDIP 2012)

2 komentar:

  1. Sebagai masyarakat desa kawak harus menjaga dan melestarikan budaya khususnya di desa kawak,

    BalasHapus
  2. (makam panjang bercorak hindu).,
    Apakah bisa di pastikan itu makam..?
    Mohon maaf sebelumnya

    BalasHapus