Gerbang makam bercorak Hindu
(Dok. Tim II KKN-PPM UNDIP 2012)
Dalam dunia yang
semakin kecil,
dewasa ini kontak budaya berperan sebagai salah satu
faktor
pendorong terjadinya perubahan yang sudah demikian pesatnya, sehingga perubahan
sudah merupakan gejala yang universal. Namun di tengah gejala perubahan yang universal tersebut ada aspek-aspek kebudayaan yang
bertahan, yang kemudian berlanjut bersama kelanjutan suatu
masyarakat.
Masyarakat
Jawa kaya akan budaya dan adat-istiadat. Budaya dan adat-istiadat tersebut diatur dan ditata oleh masyarakat pendukungnya sesuai
dengan tujuan dan harapan yang didambakannya. Hal tersebut hingga kini masih dipertahan-kan, diyakini, dan dikembang-kan serta dijadikan pedoman dalam bersikap dan berperilaku bagi masyarakat yang menganutnya. Di dalamnya terdapat sistem tata nilai, norma, pandangan maupun aturan kehidupan masyarakat, yang kini masih diakrabi dan dipatuhi oleh orang Jawa yang masih ingin melestarikannya sebagai warisan kebudayaan yang dianggap luhur dan agung.
Di
banyak tempat, budaya dalam bentuk peninggalan sejarah maupun atraksi telah
dikembangkan dalam hal pariwisata. Demikian halnya dengan desa Kawak, kecamatan
Pakis Aji, kabupaten Jepara. Di sesa Kawak sendiri terdapat suatu peninggalan
sejarah yang telah menjadi bagian dari objek wisata religi, berupa suatu makam
Islam yang dikeramatkan dan makam panjang yang bercorak agama Hindu.
Makam Mbah Kawak
Makam
Mbah Kawak merupakan makam bercorak Islam yang telah ada di desa Kawak semenjak
lama dan tidak diketahui kapan waktu pasti pembuatannya. Makam yang
diperkirakan telah berumur puluhan sampai ratusan tahun ini dipercaya sebagai
makam leluhur desa yang oleh masyarakat setempat dipanggil sebagai Mbah Kawak,
sesuai dengan nama desa Kawak. Sebagian orang memercayai bahwa asal-usul desa
Kawak berhubungan dengan keberadaan makam tersebut dengan adanya kepercayaan
bahwa Mbah Kawak adalah pendiri desa Kawak.
Makam
Mbah Kawak dikeramatkan oleh sebagian orang, baik dari masyarakat di desa Kawak
maupun dari berbagai wilayah lainnya. Hingga kini telah banyak orang yang
datang dengan berbagai tujuan, dari sekadar berkunjung, berziarah hingga untuk
berdoa agar dikabulkan keinginannya.
Orang-orang
yang datang ke makam tersebut berasal dari berbagai tempat, termasuk dari luar
Jepara. Selain itu, terdapat pula hari-hari khusus dimana makam tersebut ramai
diziarahi, yaitu pada hari Senin Pahing dan Kamis Pahing. Oleh masyarakat
setempat, makam tersebut juga dijadikan sebagai salah satu lokasi pelaksanaan
sedekah bumi yang diadakan setiap satu tahun sekali.
Bangunan tempat makam Mbah Kawak
(Dok. TIM II KKN-PPM UNDIP 2012)
Makam Bercorak Hindu
Makam
panjang bercorak Hindu merupakan sebuah makam di desa Kawak yang oleh
masyarakat sekitar dipercaya sebagai makam seseorang yang berasal dari kerajaan
Majapahit yang melarikan diri dari desakan Islam. Namun, hingga kini belum
diketahui secara pasti kebenaran dari cerita mengenai asal-usul makam bercorak
Hindu tersebut. Makam yang berlokasi tidak begitu jauh dari Makam Mbah Kawak
tersebut diperkirakan berusia
ratusan tahun dan berbentuk memanjang, lebih panjang dari
bentuk makam pada umumnya. Oleh masyarakat sekitar, makam tersebut ditutupi
oleh kain panjang berwarna putih dan dipagari dengan tembok.
Sama
halnya dengan makam Mbah Kawak, makam yang dipercaya bertuah tersebut pun
menjadi salah satu tujuan ziarah bagi banyak orang yang berasal dari berbagai
daerah. Selain itu, makam tersebut juga dijadikan sebagai salah satu tempat
pelaksanaan sedekah bumi.
Makam Panjang bercorak Hindu
(Dok. TIM II KKN-PPM UNDIP 2012)